Konsistensi Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Dalam Beristighfar
KONSISTENSI NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DALAM BERISTIGHFAR
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah imam para rasul dan qudwah bagi sekalian alam. Meskipun sudah ditetapkan mendapat jaminan ampunan atas dosa-dosanya, (namum) tetap saja lantunan istighfar membasahi lisan beliau, begitu tinggi frekuensinya.
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Sahabat Aghar al Muzani Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَإِنِّيْ لَأَسْتَغْـفِــرُ اللهَ فِيْ الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Dan sesungguhnya aku sungguh-sungguh beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah dalam saatu hari sebanyak seratus kali . [HR Muslim no. 2702]
Para sahabat pernah menghitung jumlah istighfar yang beliau ucapkan dalam suatu (majlis), (dan) ternyata jumlahnya sangat banyak.
Imam Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata:
إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ يَقُولُ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ مِائَةَ مَرَّةٍ
Dalam satu majlis, kami pernah menghitung ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Rabbighfirli watub ‘alaiyya innaka Anta tawwabur-Rahim (Ya, Rabbku. Ampunilah aku dan terima taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat dan Maha Penyayang)”, sebanyak seratus kali. [Ash-Shahihah, 556].
Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu juga pernah mengisahkan:
ماَ رَأَيْتُ أَحَداً أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يَقُوْلَ أَسْتَغْـفِــرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku tidak pernah melihat orang yang lebih banyak melantunkan ” astaghfirullah wa atubu ilaik” daripada Rasulullah. [HR an-Nasaa-i, as-Sunan al Kubra no. 10288 dan Shahih Ibnu Hibban no. 928].
Adapun lafazh istighfar yang paling afdhal, yaitu lafazh yang lebih dikenal sebagai sayyidul istighfar. Merupakan bagian dari dzikir pagi dan sore yang disyariatkan untuk dibaca.
Konsistensi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beristighfar tidak pernah putus, bahkan sampai pada detik-detik akhir ajal beliau. Di saat yang sangat genting itu, beliau mengulang-ulang ucapan :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ الْأَعْلَى
Ya, Allah. Ampunilah aku, kasihilah aku dan tempatkanlah aku ke tempat yang tinggi. [HR al Bukhari no. 4440].
Dalam hadits di atas, terdapat isyarat bahwa Nabi secara terus-menerus melakukan istighfar dalam setiap waktu dan keadaan, sampai akhir hayat beliau. Sebagaimana beliau selalu menutup amal-amal shalihnya dengan istighfar – seperti shalat, haji, qiyamullail -, maka beliau menutup kehidupannya dengan istighfar pula.
Begitulah Rasulullah. Meskipun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mendapat jaminan diampuni dosa-dosanya, namun bilau tetap beristighfar dan bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla . Maka selayaknya seorang muslim meneladani Rasulullah, selalu membasahi lisannya dengan dzikir dan istighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . (Mas)
(Sumber: Fiqhul-Ad’iyah wal-Adzkar, Prof. Dr. Abdur-Razaq bin Abdul-Muhsin al Badr, Cet. I, Th. 1422 H, Dar Ibni ‘Affan, hlm. 283-285).
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1427H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
KEHEBATAN ISTIGHFAR
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun. [al-Anfâl/8:33]
Itu adalah satu dari sekian ayat yang menunjukkan betapa pentingnya istighfar, berperan menjadi penangkal balak. Dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memastikan keberuntungan besar akan digenggam oleh orang yang banyak beristighfar.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا
Keberuntungan bagi seseorang yang menjumpai banyak istighfar di lembar catatan amalannya [Shahîhul Jâmi’ no. 3930]
Dari az-Zubair Radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ تَسُرَّهُ صَحِيْفَتُهُ فَلْيُكْثِرْ فِيْهَا مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ
“Barang siapa ingin agar lembar catatan amalannya menceriakannya, hendaknya ia memperbanyak istighfar di dalamnya“. [Shahîhul Jâmi’: 10899]
Dalam hadits lain, beliau menambahkan perihal keutamaan dzikir yang satu ini. Dari Bilaal bin Yasaar bin Zaid rahimahullah dari ayahnya dari kakeknya, ia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنْ الزَّحْفِ
“Barang siapa berkata: “Aku memohon ampunan kepada Allah yang tidak ada ilaah yang berhak disembah selain-Nya, al-Hayyul Qayyûm dan aku bertaubat kepada-Nya, niscaya akan diampuni. meskipun ia melarikan diri dari medan peperangan”
Perlu diingat bahwa istighfar yang berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu lantunan yang dibarengi dengan meninggalkan perbuatan dosa dan kesalahan, tidak malah kontinyu melakukan kesalahan demi kesalahan (ishrâr). Saat itulah disebut telah terealisasikan taubat nashuha yang akan berguna dalam menghapus perilaku-perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.
(Sumber: Fiqhul-Ad’iyah wal-Adzkar, Prof. Dr. Abdur-Razaq bin Abdul-Muhsin al Badr, Cet. I, Th. 1422 H, Dar Ibni ‘Affan, hlm. 2/275-280).
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3787-konsistensi-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-dalam-beristighfar.html